Gedung kantor Geuchik Grong-Grong capa
Meunasah Grong-Grong Capa
Desa atau Gampong Grong-grong capa adalaah Gampong yang telah berdiri sejak zaman sebelum penjajahan Belanda di Aceh. Asal muasal nama desa ini diambil dari sebuah kisah sejarah dimana asal muasal nama Grong-grong ini ada dikarenakan desa ini dekat sekali dengan pantai sehingga kerap terdengar suara gemuruh ombak laut yang beriak keras sekali hingga bersuara seperti “grum-grum”, sedangkan Capa sendiri merupakan nama dari pohon “Capa “ yang kerap digunakan sebagai obat penyakit dalam yang banyak terdapat pada desa ini pada zaman dahulu. Kombinasi perpaduan dari kedua nama itu sehingga sekarang membentuk nama desa menjadi Desa Gampong Grong-grong Capa yang masih digunakan hingga sekarang.
Desa Gampong sendiri Grong-grong Capa adalah sebuah desa yang secara administratif terletak di Kecamatan Ulim, Kabupaten Pidie Jaya, Provinsi Aceh. Desa ini terletak kurang lebih 2,5 Km di sebelah timur dari pusat kecamatan Ulim. Desa Grong-grong capa terbagi dalam 5 dusun yang meliputi Dusun Ramai, Dusun Sejahtera, Dusun Perusahaan, Dusun Simpang Tiga dan Dusun Pahlawan. Desa yang memiliki luas 3,5 Km2 ini memiliki Areal yang meliputi area pemukiman, persawahan, peternakan, area tambak, irigasi, sungai, dan Pantai. Adapun beberapa fasilitas yang terdapat di Desa ini meliputi ; Kantor Geuchik, Balai Pengajian / Tempat Pendidikan Agama; masjid, Meunasah (mushalla) ; WC Umum, Puskesdes, Lapangan Sepak Bola, Taman Pendidikan Anak Usia Dini, madrasah, dan Aula Gampong.
Secara mayoritas penduduk desa berporfesi sebagai nelayan dan petani tambak ikan. Lalu diikuti profesi Tani paa posisi profesi kedua terbanyak. Dalam tatanan sosial, kehidupan gampong masih menjaga sikap solidaritas sesama dengan masih menjungjung tinggi nilai gotong-royong, dimana kegiatan-kegiatan yang berbaur dengan sosiial masih erat dipelihara. Hal ini terjadi dikarenakan adanya ikatan emosional persaudaraan dalam kesukuan dan keagamaan yang kuat antar sesama masyarakat dimana di dalam ajaran Agama Islam yang menjadi agama yang dipeluk seluruh warga Desa, diajarkan untuk selalu saling berkasih sayang, membantu sesama meringankan beban saudaranya dan juga dituntut untuk saling menjaga , membina, dan memelihara baik hubungan keharmonisan bermasyarakat yang sudah tercipta. Keterikatan masyarakat pada aturan-aturanm agama dan norma-norma adat masih sangat terlihat cukup kuat dijalankan dalam kehiddupaan sehari-hari. Masyarakat juga masih berpartisipassi aktif dalam kegiatan sosial seperti gotong poroyong, kegiatan bersifat reiligi seperti pengajian, dan bersifat silahturahmi seperti hajataan, Kenduri dan Takziah, juga lainnya.
Desa Gampong Grong-Grong Capa memiliki potensi dalam memanfaatkan sumber daya alam dan manusia yang ada yang apabila dimanfaatkan baik dapat bermanfaat baik untuk pembangunan kemajuan desa. Potensi terbesar yang dimiliki desa ini adalah potensi dari bidang tambak ikan dan tambak garam. Letak geografis desa yang berada di dataran rendah di dekat pantai membuat kedua bidang tersebut menjadi potensi yang baik, ini terlihat dari mayoritas penduduk desa yang berprofesi dalam kedua bidang tersebut, walaupun masih secara tradisional. Apabila dapat didukung baik oleh pemerintah, hasil produksi yang dapat dihasilkan desa berpotensi sangat besar sehingga bisa saja memajukan desa dan dapat meningkatkan kesejahteraan.
Pada tsunami 2004, Desa Grong-grong capa juga terdampak sehingga hampir sebagian besar rumah penduduk rusak parah pada masa tersebut, syukurlah hampir semua penduduk mendapatkan bantuan pembangunan rumah yang justru lebih layak dari sebelum Tsunami. Pada Gempa Pidie jaya 2016 sendiri Gampong Grong-grong capa tidak terlalu merasakan dampaknya. Pada masa kini sendiri, potensi bencana yang biasa terjadi pada gampong seperti banjir yang mudah terjadi apabila curah hujan terlalu tinggi.